Papua || #Save Papua! #Save Puncak! Untuk seluruh rakyat Indonesia, mari sama-sama kita bergandengan tangan menumpaskan segala kejahatan yang keji dan sadis yang telah membunuh, bapak-bapak, mamak-mamak, kakak-kakak dan adik-adik, tentara, polisi, aktivis perempuan, guru, relawan kesehatan dan relawan kemanusiaan serta masih banyak lagi yang tidak terbilangkan.
Kawan.. Bumi Papua saat ini telah menangis dan bahkan menangis darah! dimana kita saat mereka butuh pertolongan kita semua!
Perasaan hati yang terungkap diatas disampaikan oleh seorang Pengamat dan sekaligus Aktivis Sosial, Politik dan Kemanusiaan, Daniel, yang menyampaikan kepada awak media ini, Selasa (5/9/23).
Daniel juga kemudian mengatakan lebih lanjut, bagaimana bisa sampai di sini dan mengambil satu langkah mundur, melihat cara-cara di mana segelintir manusia melakukan kejahatan yang merusak kemanusiaan dan mengisahkan bagaimana kebiadaban mereka melakukan pembunuhan kepada Orang Asli Papua (OAP) Michelle Kurisi Doga seorang aktivis Perempuan dan Anak Papua yang selama ini berjuang menyuarakan peningkatan kesejahteraan Perempuan dan Anak Papua yang saat kejadian sedang mengumpulkan data pengungsi perang masyarakat di Nduga.
"Aktivis Perlindungan Perempuan dan Anak, Michelle Kurisi Doga itu, telah mereka bunuh secara sadis tanpa perikemanusiaan, jika kebiadaban mereka terus berlanjut, bakalan banyak darah lagi yang tertumpah dan sayatan sayatan tangisan anak anak dan keluarga akan semakin kuat bergema," ujarnya.
Menyoroti batas-batas yang semakin kabur di Papua antara perang dan kesejahteraan yang semakin melemah akibat kelompok penjahat yang kerap menempatkan kekerasan mulai memasuki kehidupan dan mengubah serta menghambat segalanya. Komitmen pemerintah terhadap pembangunan dihancurkan kelompok penjahat di Papua yang telah mengikis fondasi demokrasi dan hak-hak individu. Perang atas nama perjuangan kelompok penjahat di Papua adalah hal yang mengerikan.
"Kita semua memiliki tugas untuk mencegahnya agar tidak terjadi lagi pembunuhan di Papua, agar tidak jatuh lagi korban pembunuhan yang sifatnya mengganggu kehidupan. Aktivis itu sudah tiada. Masyarakat memprotes kelompok penjahat yang tidak bermoral yang menimbulkan banyak penderitaan dan penindasan," bilangnya.
Untuk menyelamatkan, ujarnya lebih lanjut, nyawa yang tidak berdosa, oleh sekelompok penjahat adalah hal yang utama, dimana sekelompok penjahat biadab di Papua ini telah merusak segala bentuk kemanusiaan, merusak sosial dan ekonomi, merusak perdamaian masyarakat yang secara sadar melakukan pembunuhan, kekerasan. Kita semua memiliki kewajiban untuk tidak melakukan kekerasan terhadap orang lain. Dengan kata lain, bahwa setiap orang memiliki tanggung jawab moral untuk bertindak secara damai dan moralisasi tentang perlunya perdamaian sebagai sesuatu yang harus diwujudkan di Papua.
"Di sisi lain, kelompok penjahat pemberontak ini tidak lebih dari sekumpulan preman bersenjata, yang terlibat memperbudak dan memperkosa kaum perempuan, menghasut, mengancam dengan menyiksa masyarakat sendiri yang tidak sepaham dengan tindakannya, merusak objek vital yang sangat dibutuhkan masyarakat Papua," urainya.
Sekelompok penjahat sadis ini membakar honai, membakar transportasi udara yang sangat dibutuhkan masyarakat Papua, khususnya yang berada jauh dari kota, membunuh tenaga pendidik yang memiliki tujuan mulia memajukan pendidikan generasi muda Papua, bahkan tidak segan-segan membantai kaum sendiri, masyarakat OAP yang bertujuan memperjuangkan nasib mama-mama, adik-adik dan kakak-kakak yang sedang mengungsi, Michelle Kurisi Doga sebagai aktivis Perempuan dan Anak Papua, yang telah dibunuh oleh sekelompok penjahat di bumi Papua.
"Ketentraman lingkungan Papua dirusak. Apa yang kita cari dalam masyarakat damai. Beranilah berbuat Baik, berani memberi kasih terhadap kaum perempuan, seperti yang diajarkan Tuhan Yesus melalui kasih-NYA: sayangi dia, hormati dia, jaga dia jangan diperlakukan kaum perempuan seperti budak, berani menjaga honai-honai keluarga kita," tandasnya.
Jangan lagi ada pembakaran honai, bilangnya, beranilah berbuat untuk kemajuan Papua, dengan ikut membantu perlancar tenaga pendidik yang sedang memberikan pengetahuan kepada adik-adik kita di Papua yang sedang menuntut ilmu. Jangan ada bakar sekolah lagi, jangan bunuh guru-guru sekolah. Beranilah untuk ikut menjaga fasilitas yang sangat dibutuhkan masyarakat Papua.
Kemudian, ucapnya, di era digital saat ini, jangan lagi membakar tower komunikasi yang ada. Beranilah untuk membantu tenaga medis yang bekerja dengan sepenuh hati, memelihara kesehatan saudara-saudara kita di Papua. jangan bunuh mereka. Berani ikut memelihara transportasi udara. Jangan lagi bakar pesawat, jangan lagi menyandera pilot.
"Sadari, apa salah pilot? Tidak ada sama sekali salahnya. Bahkan selama ini para pilot pesawat selalu membantu saudara-saudara kita di pedalaman dengan mengirimkan sembako, mengantarkan masyarakat bila bepergian, mengangkut tenaga medis dan tenaga pendidik, harusnya kelompok penjahat di sana dengan simpatisannya malu menyebut perjuangannya yang mengatasnamakan kepentingan rakyat Papua. Pesannya dengan tegas adalah berkaca diri apakah sudah benar tindakan sekelompok preman bersenjata?," terangnya.
Bila kita semua punya hati nurani, ajaknya, mari bersama-sama bergandeng tangan, buat suasana damai di Papua dengan membangun Papua, menjadikan masyarakat yang maju, modern dan berwawasan ke depan. Ini adalah gagasan perdamaian yang harus dipikirkan kelompok penjahat di Papua sebagai hak asasi manusia menjadi pendidikan perdamaian untuk kewajiban yang harus dilakukan untuk keamanan dan keadilan masyarakat Papua.
"Upaya menghindari kehancuran dan ketidaksetaraan sosial, adil, dan stabil. Cinta untuk dunia yang lebih baik di Papua dan masa depan yang terang. Kepedulian terhadap individu, yaitu tindakan moral," tutupnya.
[tsn redaksi]
#Bumi Papua!
#Puncak!
#Kemanusiaan!
#Saudara Kita Orang Papua!
0 التعليقات:
Posting Komentar